“Education is the most powerful weapon which
you can use to change the world.” (Nelson
Mandela)
Alkisah ketika Jepang kalah dalam Perang Dunia II, kaisar
Jepang mengumpulkan para rakyatnya. “Masih berapa jumlah guru yang tersisa
di negeri ini ?” tanya kaisar kepada rakyatnya, seusai negeri itu
dibombardir pasukan Amerika. Pertanyaan kaisar ini diprotes oleh tentara Jepang
yang juga hadir dalam pertemuan darurat itu. “Wahai kaisar mengapa tuan tak
menanyakan jumlah kami yang tersisa, sebab kamilah yang mati-matian membela
negeri ini”, ujar seorang perwira militer yang luput dari serbuan ganas
tentara AS. “Jika di negeri ini masih ada guru, kita akan segera bangkit
dari kekalahan kita. Dari gurulah nanti akan lahir insinyur, dokter, dan
tenaga-tenaga terampil lainnya guna membangun negeri ini”, jawab kaisar.
Lima
puluh delapan tahun yang lalu, tahun yang
sama dengan kemerdekaan Indonesia, negara Jepang seakan mulai dari nol lagi
karena porak poranda akibat bom atom yang dijatuhkan di Kota Nagasaki dan
Hiroshima serta kemudian disusul dengan pengakuan menyerah tanpa syarat. Saat
ini, apabila kita perbandingkan keadaan Jepang dan negara kita, tentunya kita
akan menundukkan kepala, karena kita jauh tertinggal dari negeri matahari
terbit tersebut. Ucapan kaisar Jepang pada saat itu terbukti benar. Saat ini Jepang
adalah negara maju dan salah satu raksasa dunia. Pendapatan perkapita Jepang
hampir 40 kali lipat pendapatan perkapita rakyat kita. Agaknya negara Jepang
terlebih dahulu membuktikan ucapan Nelson Mandela di atas bahwa pendidikan
merupakan senjata mereka dalam mengubah dunia. Pertanyaannya, kapankah giliran
Indonesia?
Potret
pendidikan di Indonesia memang belum semaju di negara-negara lain. Indeks
Pembangunan Manusia Indonesia berada pada urutan 124 dari 187 negara, lebih
rendah daripada negara jiran Malaysia, apalagi apabila dibandingkan dengan
Singapura. Malaysia berada pada peringkat 61 dan Singapura berada pada
peringkat 26. Kitapun kalah dari Thailand yang berada pada peringkat 103 dan
Filipina yang berada pada peringkat 112 (UNDP, 2012).
Kemudian
selanjutnya, apakah yang harus kita lakukan? Pendidikan, mau tidak mau harus
dijadikan prioritas utama bangsa.
Pembangunan yang kita lakukan tidak lagi dilakukan tanpa perencanaan
yang jelas, tetapi harus memiliki arah dan kerangka yang jelas untuk
mencapainya. Arah dan kerangka yang jelas ini adalah hasil dari pendidikan.
Dengan demikian pembangunan di negeri kita harus dilandasi dengan pendidikan
sebagai pondasinya.
Pendidikan
dalam konteks pembangunan masyarakat dan desa
Dalam konteks pembangunan masyarakat
dan desa, pembangunan manusia sebagai aktor utama pembangunan harus mendapatkan
sentuhan yang pertama. Yang harus dibangun adalah manusia yang melakukan
pembangunan terlebih dahulu, kemudian diikuti pendukung yang lainnya.
Pembangunan yang menekankan pada manusia sebagai aktor utama pembangunan inilah
yang dikenal dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
menempatkan masyarakat sebagai subjek, yang berarti masyarakatlah yang aktif
melakukan pembangunan. Bukanlah objek, yang berarti masyarakat memiliki
ketergantungan untuk dibangun terlebih dahulu baru bisa maju.
Prinsip
utama yang sangat mudah dikenali sebagai ciri adanya pembangunan yang berbasis
pemberdayaan masyarakat adalah DOUM, yaitu pembangunan dari, oleh dan untuk
masyarakat. Input pembangunan adalah dari masyarakat, proses pembangunan adalah
oleh masyarakat, dan output pembangunan adalah untuk masyarakat. Masyarakat
ditempatkan sebagai aktor utama, yang berada dalam setiap aspek pembangunan,
baik input, proses dan output. Dengan demikian kualitas suatu masyarakat akan
sangat menentukan kualitas pembangunan.
Keberhasilan
pembangunan sangat dipengaruhi oleh kualitas masyarakatnya. Apabila masyarakat
berdaya, maka masyarakat akan mampu melakukan pembangunan dengan arah dan kerangka
yang jelas. Namun bagaimana apabila masyarakat, yang notabene sebagai aktor
utama pembangunan tidak berdaya?
Masyarakat
yang berdaya merupakan masyarakat yang mampu melakukan pembangunan dengan
optimal. Untuk menciptakan masyarakat yang berdaya, yang memiliki kualitas yang
unggul dan berperan sebagai aktor utama pembangunan, pendidikan tentu merupakan
kunci utama di dalamnya. Pendidikan merupakan katalisator utama dalam
meningkatkan keberdayaan masyarakat. Dengan pemberian peningkatan kapasitas kepada
masyarakat, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap akan terbentuk
manusia yang berdaya yang nantinya mampu melakukan pembangunan dengan
sebaik-baiknya. Pendidikan dalam konteks pemberdayaan masyarakat dan desa
menempatkan keberdayaan masyarakat dan desa sebagai sentralnya.
Pelatihan
pemberdayaan masyarakat dan desa untuk keberdayaan masyarakat dan desa
Pelatihan
merupakan salah satu jenis pendidikan. Pelatihan adalah serangkaian aktifitas
yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan pengalaman
atau perubahan sikap seseorang (Simamora, 1999). Lebih khusus, Mangkuprawira (2003)
menggambarkan bahwa pelatihan lebih merujuk pada pengembangan keterampilan
bekerja (vocational) yang dapat digunakan dengan segera, tidak seperti pendidikan
pada umumnya yang memberikan pengetahuan tentang subyek tertentu dengan sifat
lebih umum, terstruktur untuk jangka waktu yang jauh lebih panjang.
Pelatihan
pemberdayaan masyarakat dan desa merupakan instrumen yang tepat untuk mencapai
keberdayaan masyarakat dan desa. Dari data BPS (2012), jumlah desa dan
kelurahan di Indonesia mencapai 79.075, dan penduduk Indonesia berjumlah
224.775.796 jiwa. Untuk memberikan peningkatan kapasitas pada sekian banyak
masyarakat Indonesia, tentunya membutuhkan ketrampilan yang bisa didapat dengan segera
namun efektif dalam diimplementasikan. Jawabannya adalah melalui pelatihan
pemberdayaan masyarakat dan desa.
Berkaitan
dengan pelatihan pemberdayaan masyarakat dan desa ini, pemerintah memberikan
pedoman dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun
2007 tentang Pelatihan Masyarakat dan Desa/Kelurahan. Permendagri ini
memberikan norma, standar dan prosedur dalam penyelenggaraan pelatihan
pemberdayaan masyarakat dan desa secara lengkap, termasuk rumpun-rumpun
pelatihan di dalamnya. Dalam Permendagri ini diberikan pedoman secara
menyeluruh dari sasaran pelatihan, pelatih, bahan pelatihan, metode pelatihan,
peserta pelatihan, sampai standar pelatihan masyarakat dan desa/kelurahan.
Agar
suatu pelatihan secara efektif berhasil, As'ad (1987) mengungkapkan lima
komponen penentu keberhasilan pelatihan:
- Sasaran
pelatihan atau pengembangan
Setiap
pelatihan harus mempunyai sasaran yang jelas yang bisa diuraikan kedalam
perilaku-perilaku yang dapat diamati dan diukur supaya bisa diketahui
efektivitas dari pelatihan itu sendiri.
- Pelatih
/Trainer
Pelatih harus bisa
mengajarkan bahan-bahan pelatihan dengan metode tertentu sehingga peserta akan
memperoleh pengetahuanketrampilan dan sikap yang diperlukan sesuai dengan
sasaian yang ditetapkan.
- Bahan-bahan
latihan
Bahan-bahan latihan harus
disusun berdasarkan sasaran pelatihan yang telah ditetapkan.
- Metode
latihan (termasuk alat bantu):
Setelah
bahan dari latihan ditetapkan maka langkah berikutnya adalah menyusun metode
latihan yang tepat.
- Peserta
(Trainee)
Peserta
merupakan komponen yang cukup penting, sebab keberhasilan suatu program
pelatihan tergantung juga pada pesertanya.
Dalam
mendukung keberhasilan pemberdayaan masyarakat dan desa, selain kelima hal
tersebut di atas, Permendagri Nomor 19 Tahun 2007 juga memberikan pedoman untuk
penyelenggaraan beberapa jenis pelatihan. Beberapa jenis pelatihan ini bisa
diselenggarkan dalam rangka membangun desa secara komperhensif.
Pelatihan-pelatihan tersebut antara lain : pelatihan metodologi pemberdayaan
masyarakat dan desa; pelatihan perencanaan pembangunan partisipatif; pelatihan
manajemen keuangan desa; pelatihan pemberdayaan pemerintah desa; pelatihan
penyusunan dan pendayagunaan data base desa; pelatihan PKK dan pelatihan kader
pemberdayaan masyarakat; posyandu dan lain-lainnya.
Dengan
jenis-jenis pelatihan ini, maka masyarakat dan desa/kelurahan akan tergarap
secara komperhensif dari semua sisi, sehingga pembangunan yang akan dilakukan
oleh masyarakat dan desa sendiri akan komperhensif dan mencakup semua aspek.
Dengan demikian, dengan pelatihan pemberdayaan masyarakat dan desa yang
dilakukan secara langsung akan mampu meningkatkan dengan keberdayaan masyarakat
dan desa apabila dilakukan secara efektif sesuai norma, standar dan prosedur
yang ditetapkan.
Dengan
keberhasilan pelatihan pemberdayaan masyarakat dan desa harapannya akan
meningkatkan keberdayaan masyarakat dan desa. Dengan keberdayaan yang dimiliki
oleh masyarakat, masyarakat akan secara mandiri mampu untuk melakukan
pembangunan dengan konsep dari, oleh dan untuk masyarakat yang akan
mengantarkan bangsa menuju kejayaan. semoga
*) ditulis untuk buletin mandiri volume1 nomor 1 tahun 2013, dalam suasana kejar deadline bingung mau menulis apa :D
*) ditulis untuk buletin mandiri volume1 nomor 1 tahun 2013, dalam suasana kejar deadline bingung mau menulis apa :D
No comments:
Post a Comment