Oaakkhh..sambil menguap, ingin
sekali aku menulis. Kopi lampung di sebelah laptop yang tersisa ampasnya, tak
terlalu mujarab sebagai pengganjal mata. Nampaknya mitos bahwa minum kopi bisa membuat
tidak mengantuk telah terpatahkan, paling tidak untuk malam ini.
Setelah berguling-guling
sendirian di depan TV sambil menonton standup comedy, laptoppun kugelar sambil
nonton tayangan olahraga di stasiun TV lain dan BBM an melayani curhatan
seorang teman : weeww..multitasking yang menarik. Tapi kali ini bukan suasana
malam ini yang akan kutuliskan, ada hal lain yang masih melekat di otakku dan
ingin sekali kutuliskan. Just like an ulama says : ikatlah ilmu dengan
menuliskannya.
Ilmu apa itu? Ilmu pendidikan ala
totto-chan..hehehe
Ilmu pendidikan ala Totto-chan ditulis
dalam buku : Totto-chan, gadis cilik di jendela. Ini bukunya :
Sebenarnya yang lebih tepat
bukanlah ilmu pendidikan ala totto-chan, namun pendidikan ala kobayashi, kepala
sekolah totto-chan sewaktu di sekolah dasar.
Ingatkah teman-teman semua
sewaktu masih bersekolah di sekolah dasar? Seperti apakah guru-guru kita? Bagaimana
cara mereka mengajari kita? Apakah kita
juga akan mengajari anak-anak kita nanti dengan cara guru kita dahulu mengajar
kita? Hmmm....untuk pertanyaan terakhir, Anda mungkin bisa mengatakan ya bisa
juga mengatakan tidak, bergantung pada pengalaman Anda sewaktu kecil. Kalau
saya ditanya dengan pertanyaan ini, jawaban saya : TIDAK!!! Karena saat itu
saya diajari dengan rotan dan sapu. Kalau anda tidak memperhatikan, rotan berbicara
dan kalau anda salah, hmm..sapulah yang gantian berbicara : bukan ujung
sapunya, tapi gagang sapunya..xixixi. Belum lagi perlakuan berbeda yang
diterima murid-murid. Murid yang perkembangannya cepat dan keturunan orang yang
terpandang, diistimewakan oleh guru, tapi murid yang lambat belajar apalagi
ditambah susah diatur dan sang guru tak kenal orang tuanya siapa, bersiaplah
berbicara dengan rotan dan sapu..hehehe. Tapi kalau dilihat hasilnya seperti
saya sekarang, berarti bisa dibilang pendidikan yang diterapkan guru saya dulu
berhasil juga, ya??hehehe..ah, pendidikan tidak terbatas waktu..seperti saya
sekarang adalah hasil dari proses yang panjang dan tempaan yang tidak mudah.
Totto-chan sewaktu kecil sangat
hiperaktif, bosanan, dan sering bertingkah aneh. Mungkin oleh guru-guru kita
dia langung mendapat cap nakal, sulit diatur dan yang pertama diomelin guru
ketika masuk kelas...hehehe. Begitu pula dengan guru di sekolah pertamanya,
kehabisan kesabaran dengan tingkah totto-chan kecil yang berulang kali membuka
meja, mengeluarkan alat tulis, menutup meja karena mejanya yang lebih bagus
dari meja belajarnya di rumah, berdiri di jendela sambil memandang keluar kelas,
mengobrol dengan para pemusik jalanan, bahkan dengan burung walet. Guru normal
siapa yang tidak kesal..hehehe
Menyadari psikologis totto chan,
mama membawanya ke sekolah yang baru, yang kelasnya berupa gerbong kereta. Di
situlah semua cerita bermula. Sungguh pendidikan dasar yang unik namun
membentuk karakter. Hasil dari pemikiran sang kepala sekolah : Mr.Kobayashi.
Mr. Kobayashi sendiri bukanlah guru biasa. Beliau telah belajar di eropa dan
berkeliling di beberapa negara untuk membuat pendidikan dasar yang dibentuknya
di SD Tomoe. Dia pernah belajar euritmik pada pakarnya langsung, bahkan pernah
khusus belajar di london selama bertahun-tahun.
Kepala sekolah ini mendesain
kurikulum sekolah, melakukannya langsung dan turun tangan dalam setiap masalah
yang terjadi di sekolah. Kurikulum sekolah dibuat santai namun bertarget,
sistem pembelajaran dibuat sederhana namun menyenangkan dan efektif, problem
solving juga dilakukan dengan cermat dan penuh kesabaran. Hal ini tergambar
dari sederhananya menu makan siang para murid : sesuatu dari laut dan sesuatu
dari darat. Semua menu makan siang murid harus mengandung unsur itu. Dan ternyata
unsur itu telah mencukupi kebutuhan 4 sehatnya manusia. Simpel, bukan? Woow..luar
biasa. Inilah peran sentral dari seorang kepala sekolah dalam mensukseskan
pendidikan.
Ini baru sekelumit, banyak sekali
pendidikan karakter yang terdapat dalam buku ini. Dan bagusnya semua itu
diajarkan dengan cara sederhana nan aplikatif. Tak perlu kebanyakan teori yang
membingungkan dan akhirnya tak ada aplikasinya.
So...bacalah buku totto-chan ini
dan nikmati saja gaya bertuturnya. Atau sebagai alternatif, boleh calling saya
untuk menceritakannya..hehehe
Sekian dulu, it’s overnight. Besok
mau mengantar anak-anak TPA yang ikut lomba festival anak sholeh indonesia
tingkat kota yogyakarta. Good night and pray for our family, our friends and
our brother in palestine. (sedihnya lihat situasi gaza saat ini melalui layar
kaca..jadi ingat sabra dan shatila 1982 di tears of heavennya dr.swee..kl ini
kapan-kapan aja ceritanya..sudah malem..hehehe)
No comments:
Post a Comment